Sabtu, 02 Januari 2010

Pertemuan 16 Program Pendidikan Layanan anak cerdas isimewa berbakat istimewa

Pertemuan 16

Program Pendidikan Layanan anak cerdas isimewa berbakat istimewa

Mengenali ciri-ciri anak gifted, diantaranya adalah sebagai berikut; Anak telah mampu membaca sebelum masuk sekolah dan pada umumnya anak-anak gifted lebih pintar dari anak-anak pada umumnya. Perkembangan bahasanya lebih cepat dan baik. Perbendaharaan katanya lebih banyak, suka mencari tahu jawaban dari "bagaimana" dan "mengapa" tentang sesuatu hal, mampu bekerja mandiri sejak kecil dan melakukan pemusatan perhatian dalam jangka panjang, mempunyai minat yang luas, bervariasi dan mendalam,mempunyai energi yang tinggiberhubungan dan berespon baik terhadap orangtua, guru, dan orang dewasa. Suka berteman dengan anak yang berusia di atasnya, suka mempelajari sesuatu yang baru dan mengerjakan tugas-tugas dengan baik dan efisien.

Keberbakatan anak gifted bersifat heterogen, artinya, sama seperti anak normal lainnya, bakat setiap anak gifted tentusaja berbeda satu sama lain. Maka upaya pengenalan dan penangannya juga berbeda. Mengalami perkembangan berbeda (uneven development). Mereka cenderung sangat pesat dalam satu aspek tapi pada saat bersamaan ada aspek lain yang terlambat.

Layanan Pendidikan untuk anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa diantaranya adalah program akselarasi. Program akselarasi adalah Program Pendidikan percepatan belajar yang diberikan kepada anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa. Tujuan dari program akselarasi ini adalah Memberi kesempatan kepada siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata untuk menyelesaikan program studi lebih cepat, Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif, Memenuhi Hak Azasi manusia peserta didik yag sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri, Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik, Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik, Menimbang peran serta peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran, dan menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.

Masalah yang sering terjadi di masyarakat adalah kesalah pahaman tentang persepsi masyarakat tentang pengertian program akselarasi tersebut.
Masyarakat terkadang suka menaruh curiga terhadap program akselerasi seolah menjadi ajang mengeruk dana dari orang tua yang memiliki kelebihan dana pendidikan. Progam akselerasi diperlakukan istimewa oleh sekolah khususnya dalam hal fasilitas dan sarana belajar sehingga menimbulkan kecemburuan dari siswa atau guru lainnya, ini dikarenakan siswa akselerasi dipungut biaya pendidikan lebih dari reguler maka sekolah menganggap bahwa penambahan fasilitas untuk kelas akselerasi menjadi sesuatu yang wajar.

Faktor penyebabnya adalah Sekolah berusaha untuk terus memaksakan supaya program ini selalu ada di setiap tahun ajaran dengan jumlah siswa semaksimal mungkin, menawarkan pilihan kepada siswa atau orang tua untuk mengikuti program akselerasi atau tidak. Padahal program akselerasi bukanlah program pilihan karena program ini harus memenuhi standar yang telah baku dan bersifat menetap, yaitu IQ. Dengan menawarkan pilihan, maka dimungkinkan siswa yang tidak memenuhi standar IQ dapat mengikuti program ini selama memenuhi syarat “administrasi” kepada sekolah, memberikan layanan pembelajaran yang tidak berbeda dengan layanan reguler.

Keseriusan sekolah dalam mengelola akselerasi. Apabila sekolah memandang akselerasi hanya untuk meningkatkan gengsi atau ajang promosi untuk menarik siswa saja, maka setelah PSB (penerimaan Siswa Baru) selesai dan tahun pelajaran dimulai maka sekolah menganggap perhatian terhadap program ini pun selesai dan diperlakukan sama dengan program lainnya.

Program akselarasi di sekolah ini menimbulkan komentar positif dan negatif dari berbagai pandangan setiap orang. Pandangan negatif nya adalah Akselerasi terkesan eksklusif karena anak cerdas istimewa di kelompokkan dalam kelas khusus, proses pembelajaran yang cenderung bersifat homogen dari aspek kemampuannya akan membuat anak sulit bersosialisasi dengan teman sebaya mereka dan akan mengganggu proses perkembangan emosional dan psikologis, Tidak ada “Transfer of Knowledge” dari anak cerdas istimewa kepada teman lainnya sebagai salah satu media dan bentuk sosialisasi di sekolah, dan bisa menimbulkan rasa rendah diri, inferior atau “teralienasi” teman-teman lainnya yang tidak termasuk kategori cerdas istimewa.

Sedangkan pandangan positif dari program akselarasi ini adalah akselerasi telah menjadi program nyata bagi pelayanan anak cerdas istimewa yang selama ini terabaikan, guru sebagai ujung tombak proses pendidikan di sekolah akan lebih fokus dan memiliki peluang untuk secara mandiri dan kreatif mengembangkan metode yang fleksibel disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak pada saat pembelajaran, penanganan siswa cerdas istimewa tidak dapat dilakukan oleh guru yang belum memahami karakteristik, masalah dan metode pembelajaran siswa cerdas istimewa.

Solusi yang dapat menangani permasalahan program akselarasi ini adalah Membenahi pandangan atau paradigma dari sekolah dan masyarakat dalam memandang program akselerasi, sekolah terus membenahi diri dalam meningkatkan sumber daya tenaga pendidik, minimal dalam pemahaman tentang karakteristik anak cerdas istimewa, tidak memperlakukan akselerasi secara berlebihan, kecuali dalam hal metode dan pendalaman materi, perlu adanya pembinaan dan peningkatan Sumber Daya Guru yang berkesinambungan bagi peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam mendampingi siswa akselerasi, Perlunya kerjasama antara semua pihak untuk membenahi kekurangan dalam penyelenggaraan akselerasi, pemerintah melakukan berbagai penelitian dan uji coba untuk program dan metode alternatif lainnya secara komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga masyarakat dapat memilah dan memilih berbagai bentuk layanan bagi siswa cerdas istimewa.

1 komentar:

  1. Membaca artikel di atas, saya teringat suatu teori nenyatakan bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia adalah pintar, namun anak yang pintar belum tentu cerdas. Maksudnya setiap anak terlahir pintar, misalnya setiap bayi yang lahir normal di dunia pasti akan menangis ketika merasa lapar. Hal ini menandakan bahwa anak yang lahir kedunia pada dasarnya pintar. Namun dalam perkembangannya anak tersebut belum tentu menjadi cerdas, dalam hal ini tolak ukur cerdas adalah dalam hal kecepatan menguasai suatu materi atau keahlian. Jika dalam masyarakat konteks cerdas adalah memiliki kemampuan atau potensi tertentu, pastilah setiap anak memiliki perbedaan. Perbedaan potensi untuk melakukan suatu hal, inilah yang dalam masyarakat kita dikenal dengan istilah bakat.

    Anak yang terlahir dengan bakat yang istimewa pastinya harus diperlakukan dengan istimewa pula. Sebab jika tidak kecerdasan dan bakat istimewa ini tidak akan berkembang dengan optimal atau malah justru terkubur. Anak yang memiliki kecerdasan istimewa dan bakat istimewa misalnya dalam menguasai pelajaran sekolah, tentu akan sangat menonjol bila ditempatkan pada kelas anak-anak yang biasa-biasa saja dalam hal kecerdasan. Hal ini membuat banyak pihak sekolah membuka kelas khusus bagi anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa atau dikenal dengan istilah kelas akselerasi. Namun adanya kelas akselerasi mengundang banyak pro dan kontra di masyarakat. Umumnya hal ini menyangkut dengan biaya kelas akselerasi yang tinggi dan tidak semua anak bisa masuk dalam kelas tersebut seperti yang diungkapkan pada artikel di atas.

    Untuk itu menurut saya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan kelas akselerasi:
    1. Membuat standar yang jelas dan tetap untuk dapat mengkategorikan seorang anak dikatakan memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko anak disekolahkan di kelas akselerasi padahal tidak termasuk kriteria memiliki kecerdasan dan bakat istimewa hanya karena untuk mempercepat waktu sekolah.
    2. Adanya sosialisasi kepada sekolah dan orang tua murid akan perlunya pengetahuan mengenai tujuan kelas akselerasi tersebut, sehingga terjalin kesamaan pandangan.
    3. Adanya intervensi dari pemerintah untuk mengontrol mengenai pembiayaan kelas akselerasi, sehingga hal ini tidak dijadikan lahan bagi pihak sekolah untuk memperoleh dana lebih dan menghindari kecurigaan masyarakat.

    Terimakasih......

    BalasHapus